Semuanya terjadi tanpa sengaja, berawal dari keisengan semata.
Ketika itu saya baru saja lulus SMA dan sedang menunggu pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Semasa SMA, selain aktif di bidang organisasi saya juga aktif di klub film sekolah yang bernama Seveners Kreasinema. Selain senang menonton film, saya juga senang membuat film. Karena keterbatasan SDM di sekolah, saya dituntut untuk bisa menulis naskah, menjadi sutradara, kameraman sekaligus menjadi talent.
Kebetulan pada waktu itu ada workshop film yang bertajuk LA Lights Indiemovie 2008. Saya pun mengikutinya bersama teman seperfilman saya, Sulaiman Anggalarang. Untuk workshop Yogyakarta dilaksanakan tanggal 26 Juli 2008 dari jam 9 pagi di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Biaya pendaftaran cuma Rp10.000.
Ini adalah kali kedua LA Light Indie Movie digelar. Selain di Yogyakarta, acara ini mengambil tempat di tiga kota besar lainnya yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya. Acara diawali dengan Workshop Creative Short Film Workshop yang turut mengundang filmmaker nasional dan Asia untuk memberikan materi dan encouragement kepada peserta workshop. Di akhir sesi workshop, peserta diminta menuliskan ide skenario untuk kemudian dijaring 50 peserta dengan ide terbaik dari masing-masing kota untuk mengikuti program Meet The Producer.
Peserta dengan ide cerita terbaik akan bergabung dengan empat peserta terpilih dalam program 'Fim Gue cara Gue' (FGCG), yang kemudian akan diberikan dana sebesar 20 juta untuk membuat film cerita berdurasi maksimal 20 menit. Mereka akan berbagi peran menjadi sutradara, produser dan penulis naskah, dan peran lainnya.
Selain itu juga ada program 'Bikin Film Bareng Artis' (BFBA). Program ini adalah pembuatan film pendek yang akan disutradarai oleh salah satu dari empat orang artis, yaitu Olga Lidya, Wulan Guritno, Indra Birowo atau Ringgo Agus Rahman. Satu artis untuk masing-masing kota dengan cerita yang diambil dari pemenang penulisan ide skenario. Selama proses produksi, sutradara dibantu oleh peserta yang terpilih dalam program magang BFBA. Hasil dari rangkaian program ini, nantinya akan menghasilkan 4 film FGCG dan 4 film BFBA.
Saya tidak berharap banyak ide skenario saya bakal lolos. Sebagian besar peserta adalah mahasiswa atau lulusan dari universitas ternama seperti UGM, UPN Veteran, UNY, ISI dan lain-lain yang sudah mengenyam ilmu perfilman lebih banyak ketimbang saya. Saya? Saya hanya lulusan SMA dengan ilmu film seadanya.
Selang beberapa hari, saya mendapat telepon dari panitia kalau saya dinyatakan lolos menjadi 50 peserta terpilih untuk mengikuti program Meet The Producer. :D Wow! Sebenarnya saya masih ragu apakah saya memang benar lolos. Untuk memastikannya, saya buka email. Ternyata benar! Senang bukan kepalang :D
"Selamat atas keberhasilan kamu melewati tahap Meet The Producers LA Lights Indie Movie 2008. Kamu lolos dan masuk ke lima besar program Bikin Film Bareng Artis!"
Pada sesi Meet the Producer saya dipertemukan dengan empat sineas film nasional: John De Rantau, Lola Amaria, Arturo GP dan Hanung Bramantyo. Selain diberi kesempatan untuk mempresentasikan ide skenario saya secara singkat dihadapan mereka, saya juga diwawancarai layaknya tes masuk sebuah perusahaan. Dites seberapa jauh skill saya dalam dunia perfilman. Untungnya saja saya tidak grogi ketika bertemu dengan orang-orang besar seperti mereka dan bisa menyelesaikan sesi tersebut dengan lancar.
Tiba saatnya pengumuman siapa saja yang lolos untuk menjadi peserta program FGCG dan BFBA. Pengennya sih lolos yang BFBA aja biar bisa ketemu artis lagi. Daaaan eng ing eng, ternyata saya bener lolos untuk menjadi peserta program BFBA! Luar biasa senangnya! :)
Ringgo Agus Rahman |
Program FGCG membuat film berjudul Merah Putih di Rumah Parjo. Lokasi syuting di daerah Kulon Progo di pinggir rel kereta api pada bulan Ramadhan. Ide cerita berasal dari Hernandes Saranella, penulis sinopsis terpilih dari Yogyakarta. Bersetting pada masa pasca PKI, film ini bercerita tentang Parjo, seorang laki-laki miskin yang mempunyai jiwa nasionalisme tinggi ingin sekali merayakan hari kemerdekaan dengan ikut mengibarkan bendera merah putih di pekarangan rumahnya. Namun karena dia tidak memiliki cukup uang untuk sekadar membeli bendera, akhirnya dia terpaksa mencuri sebuah bendera dari kantor Balai Desa. Film ini membawa pesan moral yang sangat kuat sekaligus mengkritisi ketidakadilan sejarah.
Crew film |
Film Mengejar Untung disutradarai oleh Ringgo tersebut berhasil mendapat penghargaan sebagai film terfavorit dalam ajang tersebut. Sebagai crew, saya ikut bangga :)
Ini sedikit dokumentasinya:
Lokasi syuting |
Desta |
Ringgo, Desta dan talent lainnya |
Kameraman |
Pemeran utama |
Ih wendyy kereeen lhooo ;)
ReplyDeleteAyoo bikin film lagiii, sayang tuh ilmunyeee..
wah ada mbak kucing laper mampir. hehe
ReplyDeleteiya mbak ntar kalo selo mau mbikin lagi :)
wah share info soal indi movie yg menarik. silahkan follow blogku ya kak di http://fokuz9.blogspot.com/
ReplyDeletedone Kuz9 :)
ReplyDeletewah di blog kamu ada cerita tentang trip di Lombok. asik nih bisa jadi referensi :)
thanks gan artikelnya.
ReplyDelete